Dalam sejarah peradaban Islam, pernah lahir setidaknya tiga generasi gemilang:
Generasi sahabat Nabi Muhammad ﷺ,
Generasi Shalahuddin al-Ayyubi, dan
Generasi Muhammad al-Fatih.
Sebenarnya, lebih dari itu generasinya, ini dibuat secara global saja.
Nama-nama yang mungkin sudah sangat familiar dengan kita.
Di luar itu, masih ada banyak nama dan banyak generasi Islam yang begitu bersinar, dengan segala varian kecemerlangannya.
Unik dengan keunggulannya masing-masing.
Generasi ini mampu mengukir sejarah emas peradaban Islam. Mereka memiliki ketangguhan yang luar biasa dalam jiwa dan raga. Generasi-generasi gemilang itu memang lahir dari proses pendidikan.
Generasi sahabat dididik langsung oleh guru terbaik, yakni Rasulullah ﷺ.
Rumusan pendidikan Islam ketika itu digambarkan Umar bin Khathab RA: “Taaddabu tsumma ta’allamu”. Beradablah kalian, kemudian berilmu!
Inti pendidikan adalah penanaman adab, akhlak mulia.
Inti pendidikan bukan pengajaran. Tapi, penanaman nilai-nilai kebaikan dan keadilan. Ini konsep luar biasa.
Pada 637 M, lima tahun sepeninggal Sang Guru, Rasulullah ﷺ wafat 632 M, generasi ini sudah membuka peradaban baru di Kota Yerusalem. Mereka berhasil mengalahkan Romawi, yang jumlah pasukannya berkali-kali lipat pasukan Islam. Sebelum wafat, Rasulullah ﷺ sudah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai panglima Perang pada usia 18 tahun.
Lalu bagaimana dengan generasi Sholahuddin Al Ayyubi pembebas Palestina ?
Generasi Shalahuddin dilahirkan para ulama semisal Imam al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir al-Jillani, dan sebagainya. Generasi ini berhasil membebas kan Kota Yerusalem pada 1187 M.
Simaklah lahirnya generasi ini dalam buku “Hakadza Dhahara Jiilu Shalahuddin… “ karya pakar pendidikan Dr Majid Irsan al-Kilani.
Pola pendidikan pada generasi ini pun mengacu kepada konsep penanaman adab dan peningkatan ilmu, berporos konsep “tazkiyyatun nafs” (pensucian jiwa). Sementara itu, generasi Muhammad al-Fatih dilahirkan guru-guru hebat pula, seperti Syekh al-Kurani dan Aaq Syamsuddin.
Pola pendidikannya pun sama: penanaman adab dan peningkatan ilmu.
Syekh Aaq Syamsuddin adalah seorang ulama ahli tasawwuf, syariah, akhlak, pengobatan, dan sebagainya. Prestasi gemilang generasi ini adalah membuka Kota Konstantinopel pada 1453 dan membangun satu peradaban yang unggul.
Itu karya sebuah generasi.
Berkesinambungan dari generasi ke generasi sebelumnya.
Bukan karya seorang Muhammad al-Fatih saja, yang naik takhta pada usia 22 tahun.Dan generasi ini lahir dari sebuah model pendidikan yang tepat, yang berawal pada penanaman adab. Tidak heran jika seorang ulama terkenal Ibn al-Mubarak menyatakan, bahwa porsi adab dalam agama Islam, adalah dua pertiganya ( kada al-adabu yakunu tsulutsay al-dini ).
Lalu dari mana lahirnya pendidikan adab yang benar?
Pendidikan Adab yang benar bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah dan nilai-nilai keluhuran keislaman sebagai agama yang diridhoi Allah ﷻ dan keteladanan yang hidup dari nilai adab itu sendiri.
Karenanya, pendidikan adab terbaik adalah dengan mencontoh dan belajar dari keteladanan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya yang mulia.
Lalu bagaimana dengan pendidikan adab kita hari ini?
Ini menjadi tugas kita bersama. Memikul beban peradaban ini.
Barokallahu fiikum
Sumber : Bachtiyar MJ, Spirit Nabawiyah Community